Status Perlindungan Lima Spesies ‘Hiu Berjalan’ di Indonesia Perlu Ditingkatkan

Sembilan spesies hiu berjalan
Sembilan spesies hiu berjalan: (A) Hemiscyllium freycineti, (B) H. hallstromi, (C) H. galei, (D) H. trispeculare, (E) H. occelatum, (F) H. michaeli, (G) H. halmahera, (H). H. henryi, (I) H. strahani. Sumber: Allen, G.R. et al (2013). Journal of the Ocean Science Foundation, Vol 23.  
JAKARTA, KORANTRANSAKSI.com – Perairan Indonesia sangat tinggi keragaman hayati lautnya, bahkan lima dari sembilan spesies ‘Hiu Berjalan’ sudah berhasil ditemukan dan diidentifikasi berada di perairan Indonesia. Namun menurut hasil monitoring yang dilakukan secara berkala oleh Conservation International (CI) di perairan Papua Barat menyimpulkan bahwa populasi Hiu Berjalan’ berada dalam ancaman karena daerah sebaran yang terbatas daripada perkiraan sebelumnya.
Studi yang dilakukan Conservation International (CI) bersama dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Western Australian Museum, dan California Academy of Science terhadap sembilan spesies hiu berjalan sementara ini menyimpulkan bahwa daerah sebaran sembilan spesies hanya ternyata terbatas di wilayah cincin utara Benua Australia, Papua Nugini, Perairan Papua Barat, Halmahera, dan Aru.
Temuan yang didukung oleh Mark Erdmann dan Gerald Allen dari CI dan Western Australian Museum ini merupakan perkembangan hasil temuan sebelumnya yang menunjukkan daerah sebaran yang luas dari bagian utara Benua Australia, Papua Nugini, hingga Seychelles di Samudera Hindia dan Pulau Solomon di Pasifik.
Empat spesies endemik atau hanya ada di Indonesia antara lain adalah Hiu Berjalan Raja Ampat (Hemiscyllium freycineti), Hiu Berjalan Teluk Cendrawasih (H. galei), Hiu Berjalan Halmahera (H. halmahera), dan Hiu Berjalan Teluk Triton Kaimana (H. henryi). Satu spesies lainnya yaitu H.trispeculare ditemukan di perairan Aru Maluku, namun spesies ini hidup juga di pantai utara dan barat Benua Australia.
Hiu Berjalan endemik Indonesia dari jenis Hemiscyllium freycineti, ditemukan pertama kali di Raja Ampat pada tahun 1824. Pada tahun 2008, H. henryi ditemukan di perairan Kaimana dan H. galei ditemukan di Teluk Cenderawasih. Sedangkan H. halmahera ditemukan perairan Halmahera pada tahun 2013.
Marine Program Director CI Indonesia Victor Nikijuluw mengungkapkan bahwa selain hiu konvensional dan Hiu Paus yang menjadi daya tarik pariwisata, Hiu Berjalan adalah daya tarik lainnya. “Dengan melakukan snorkling atau berperahu di perairan dangkal, Hiu Berjalan akan mudah dijumpai,” ujarnya, seperti dikutip KORANTRANSAKSI.com dalam pers rilis yang diterima, Rabu (11/1/2017).
Namun, lanjutnya, karena spesies ini mudah ditemukan, ancaman keberlanjutannya juga semakin besar. Spesies unik ini juga lebih mungkin terpapar terhadap ancaman setempat seperti penangkapan ikan yang tidak bertanggung jawab, tumpahan minyak, peningkatan suhu, bencana seperti angin siklon dan tsunami, kerusakan pantai, pembangunan wilayah pesisir dengan cara reklamasi, serta perkembangan industri pariwisata yang tidak memperhatikan keberlanjutan lingkungan.
“Karena itu, sebaiknya spesies ini tidak diganggu ketika kita sedang berwisata di pesisir, dan kita jangan merusak terumbu karang serta padang lamun yang merupakan habitat serta tempat mereka memijah. Kerusakan habitat dapat mengancam kelestariannya, sedangkan bila dikonservasi dengan baik maka kehadiran spesies ini akan menjadi pesona pariwisata yang unik dan meningkatkan nilai pariwisata,” terangnya.
Sementara itu pakar hiu dari LIPI, Fahmi, menjelaskan bahwa sebaran Hiu Berjalan yang terbatas antara lain disebabkan karena memiliki sifat biologi yang unik, tidak seperti spesies ikan terumbu karang lain.
“Kelompok ikan hiu ini memiliki kemampuan berenang yang terbatas dan amat tergantung pada habitat dan kedalaman tertentu sehingga tidak sanggup bergerak jarak jauh dan tidak memiliki potensi sebaran yang tinggi,” terangnya.
Selain itu, Fahmi menjelaskan tipe reproduksi dari kelompok hiu ini adalah dengan meletakkan telurnya pada substrat tertentu untuk kemudian menetas dan berkembang menjadi menjadi individu dewasa pada habitat yang sama.
Fahmi menambahkan bahwa hasil temuan ini akan dikomunikasikan kepada pemerintah daerah sebagai pengelola kawasan pesisir untuk mendorong perlindungan bagi spesies hiu berjalan di Indonesia. “Sejauh ini, baru spesies Hemiscyllium freycineti yang ada di Raja Ampat yang dilindungi oleh Perda Raja Ampat No. 9 Tahun 2012 mengenai Larangan Penangkapan Ikan Hiu, Pari Manta, dan Jenis-jenis Ikan Tertentu di Perairan Laut Raja Ampat,” ungkapnya.
Padahal, masih menurut Fahmi, menanggapi ancaman yang dihadapi oleh spesies hiu berjalan, perlu ada perlindungan yang menyeluruh terhadap semua spesies hiu berjalan yang ada di Indonesia.
Saat ini kelompok Hiu Berjalan merupakan kelompok ikan hiu yang sering dijadikan ikan hias dan memiliki nilai jual tinggi di pasaran internasional. Beberapa negara maju bahkan sudah melakukan upaya budidaya spesies hiu berjalan uuntuk kepentingan komersial.
“Perlunya upaya pengelolaan terhadap jenis hiu ini dan habitatnya amat diperlukan, agar jangan sampai jenis hiu tersebut banyak ditemukan di akuarium-akuarium ikan hias namun sulit ditemukan di habitat aslinya.” tutupnya.
Victor Nikijuluw menyampaikan bahwa CI akan terus bekerjasama dengan penduduk lokal, pemerintah daerah dan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dalam melakukan penelitian dan upaya-upaya konservasi spesies-spesies ini. Rencana Aksi Nasional (RAN) yang sudah dirumuskan terhadap spesies hiu akan diperluas cakupannya, termasuk Hiu Berjalan. Demikian juga, pembangunan pariwisata secara berkelanjutan di Kabupaten Raja Ampat dan Kaimana, Papua Barat akan terus memperhatikan keberlanjutan spesies yang unik ini.
Perlu diketahui, semua ikan hiu pasti bisa berenang, tetapi hanya beberapa spesies saja yang bisa berjalan sehingga sering disebut “Hiu Berjalan” (walking shark). Disebut sebagai Hiu Berjalan karena gerakannya di dasar laut yang menggunakan sirip-siripnya untuk bergerak seperti melata atau berjalan, utamanya di perairan dangkal dan umumnya bisa dilihat pada malam hari. Kelompok Hiu Berjalan secara taksonomi sering disebut dengan Hiu bambu (bamboo shark) dan termasuk dalam Genus Hemiscyllium. (Q4/Rel)

Posting Komentar

0 Komentar