Film Cek Toko Sebelah, Ketika Drama Keluarga Dibalut Komedi

Film Cek Toko Sebelah
JAKARTA, KORANTRANSKASI.com - Setelah sukses dengan film pertamanya bertajuk Ngenest, sutradara sekaligus penulis naskah Ernest Prakasa kembali berkarya dengan film Cek Toko Sebelah. Film kedua Ernest ini juga masih seputar etnis Tionghoa di Indonesia, namun lebih muncul secara alami dan mengalir.
Film produksi Starvision ini menawarkan komposisi yang seimbang antara komedi dan drama keluarga. Kisahnya adalah dua bersaudara Yohan (Dion Wiyoko) dan Erwin (Ernest Prakasa) dengan ayahnya, Koh Afuk (Chew Kin Wah) yang memiliki toko kelontong.
Yohan sang kakak ditampilkan masih berjuang meniti karier sebagai fotografer lepas, dan tak terlalu akur dengan ayahnya. Karier Erwin lebih moncer, kerja kantoran serta sebentar lagi akan mendapat promosi untuk bekerja di Singapura. Di usia muda dengan karir gemilang, Erwin pun memiliki kekasih cantik yang tak kalah sukses, Natalie (Gisella Anastasia).
Tapi semua jadi pelik saat Koh Afuk (Chew Kin Wah) yang kesehatannya makin memburuk, ingin mewariskan toko sembakonya kepada Erwin, anak kesayangannya. Sementara itu, Yohan, naik pitam karena merasa dilangkahi.
Sebagai anak sulung yang merasa lebih perhatian pada kedua orang tuanya, Yohan yakin ia dan istrinya, Ayu (Adinia Wirasti), adalah yang paling berhak meneruskan toko tersebut. Sayangnya, Koh Afuk sulit mempercayai Yohan yang selalu memberontak.
Walaupun alur ceritanya drama, namun filmnya tak jauh dari komedi, ini karena Ernest sang sutradara memang seorang komika. Namun, dari sekian banyak film komedi Indonesia, Cek Toko Sebelah masuk dalam sedikit yang meluncurkan rangkaian lelucon dengan frekuensi tinggi dan hampir selalu mengena.
Dalam film komedi ini Ernest Prakasa nampaknya sangat menikmati perannya sebagai seorang sutradara sekaligus penulis naskah dalam film keduanya ini. Bagi Ernest, membuat orang bisa menikmati hasil karyanya adalah salah satu hal yang paling memuaskan dan membuatnya ketagihan membuat film.
“Dibilang ketagihan bikin film, agak sih ya. Kenapa ketagihan, karena tuh bikin film itukan susah dan capek ya. Setahun prosesnya tapi begitu hasilnya jadi lalu melihat respon orang (yang nonton) ketawa bareng, terharu bareng didalam bioskop itu, rasa puas itu terasa. Apalagi sebagai orang yang berkarya ngelihat karyanya dinikmati orang begitu menyentuh tuh nagihnya disitu. Kita udah capek-capek kerja dapat apresiasi yang baik, itu yang bikin ketagihan sebenarnya,” ungkap Ernest Prakasa, di Epicentrum, Kuningan, Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu. (Suryati)

Posting Komentar

0 Komentar