![]() |
| Para Penumpang saat melewati Autogate di Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta untuk melakukan perjalanan ke luar Negeri (Foto:Humas Direktorat Jenderal Imigrasi) |
Meskipun jumlah ini
tergolong kecil dibandingkan keseluruhan eVoA yang diterbitkan untuk permohonan
langsung pada website evisa.imigrasi.go.id, Ditjen Imigrasi memastikan bahwa
promosi dan publikasi tentang eVOA dan layanan keimigrasian Indonesia lainnya
telah menjangkau Australia, India, Inggris dan Amerika Serikat melalui kantor
serta kanal dan media promosi/publikasi VFS Global. Keempat negara tersebut
merupakan target market besar layanan eVOA di samping Republik Rakyat Tiongkok
(RRT).
Direktur Kerja Sama dan Bina Perwakilan, Arief Munandar mengungkapkan, kerja sama dengan VPS Global memiliki peran yang strategis untuk memperluas jangkauan permohonan Visa Elektronik Indonesia. “Tentunya Kerja sama ini menjadi sarana diplomasi pelayanan publik Indonesia kepada dunia”, ujar Arief usai ditemui Rapat Monitoring dan Evaluasi Perjanjian Kerja sama dengan PT VPS Service Indonesia di Sentul City.
Lebih lanjut Arief
menegaskan, evaluasi tersebut tentunya menjadi salah satu langkah konkret untuk
mendukung arahan Menteri Imigrasi dan Pemasyarakatan, dalam meningkatkan
kualitas layanan keimigrasian berbasis digital yang inklusif dan berstandar
global.
Sementara itu, data
yang sudah dihimpun oleh Direktorat Jenderal Imigrasi menunjukan, adanya
peningkatan dalam penerbitan eVOA yang diajukan dalam platform VPS Global pada
februari –Maret 2025, Sehingga berhasil menyentuh rata-rata 1.000 eVOA
perbulan. setelah periode uji coba
permohonan pada Desember 2024 dan Januari 2025.
Sementara itu, total
perlintasan masuk dan keluar melalui Tempat Pemeriksaan Imigrasi sejak Januari
hingga minggu ketiga Mei 2025 mencapai lebih dari 12 juta. Secara bersamaan,
penggunaan autogate yang meningkat lebih dari dua kali lipat dibandingkan
periode yang sama tahun sebelumnya. Khusus bagi warga negara asing, autogate
hanya dapat digunakan oleh Pemegang paspor elektronik.
Dalam kesempatan yang
sama, Head of Australasia VFS Global, Kaushik Gosh menyampaikan apresiasi atas
implementasi kerja sama yang telah berjalan efektif dalam empat bulan terakhir.
“Kami mencermati potensi pertumbuhan pemohon eVoA melalui VFS, terutama dari
India, Australia, Inggris, dan Amerika Serikat, bahkan Afrika Selatan,”
imbuhnya.
Pertemuan antara Ditjen
Imigrasi dengan VFS Global tersebut menghasilkan beberapa kesepakatan penting,
di antaranya percepatan pembangunan dashboard rekonsiliasi yang ditargetkan
dimulai pada Juni 2025 dan penyusunan timeline promosi layanan keimigrasian
oleh VFS Global.
Arief menambahkan,
Selain itu, VFS Global tetap diharapkan turut mengenalkan sistem ini kepada
masyarakat dunia melalui berbagai metode promosi, seperti kampanye luar ruangan
di London, Inggris dan New York, Amerika Serikat. Rencana kolaborasi dengan
maskapai penerbangan luar negeri dan kerja sama iklan dengan bisnis di India
juga tengah digarap.
"Evaluasi ini
merupakan bentuk komitmen bersama untuk meningkatkan visibilitas dan
aksesibilitas layanan visa elektronik Indonesia secara global. Kami percaya,
sinergi antara Pemerintah dan mitra layanan resmi seperti VFS akan memperkuat
kualitas pelayanan Keimigrasian yang andal, aman, dan ramah pengguna,"
pungkas Arief. (TIM/RED)





0 Komentar