(Foto:dok) |
Tak hanya di Kota
Bekasi, secara Nasional juga terjadi peningkatan Kasus DBD bulan ini. Total
kasus DBD sebanyak 87.501 kasus, dengan 816 kematian. Kasus tertinggi ada di
Kabupaten dan Kota Bandung, Kota Bekasi, Kabupaten Sumedang, dan Kota
Tasikmalaya. Hingga tanggal 23 September, kasus DBD di Kota Bekasi sebanyak
2.140 kasus, 13 diantaranya meninggal dunia. Catatan jumlah kasus DBD tahun ini
telah melampaui kasus di dua tahun sebelumnya.
Sedangkan kasus
kematian, ini merupakan yang tertinggi sejak enam tahun terakhir, disusul 11
kasus kematian pada tahun 2021. Kasus kematian tertinggi selama delapan tahun
terakhir tercatat pada tahun 2016, dimana ada 50 kasus kematian. Tahun ini,
jumlah kasus tertinggi ada di wilayah Kecamatan Bekasi Utara dengan 466 kasus,
4 kasus meninggal dunia. Bulan september ini tercatat tambahan kasus DBD
sebanyak 81 kasus, di dominasi rentang usia 15 sampai 44 tahun dengan 43 kasus.
Pejabat Pengelola
Informasi dan Dokumentasi (PPID) pembantu Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bekasi,
Nia Aminah Kurniati menyampaikan bahwa Kota Bekasi telah memiliki instrumen
kebijakan pengendalian DBD.
Mulai dari Instruksi
Walikota sampai Surat Edaran (SE) yang diterbitkan oleh Dinkes Kota Bekasi,
meliputi optimalisasi Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), kewaspadaan dini dan
Protap DBD, pembentukan Pokjanal DBD, hingga Pembentukan Gerakan Satu Rumah
Satu Jumantik (G1R1J).
Kegiatan penanggulangan
DBD tahun 2022 yang telah dilakukan oleh Dinkes Kota Bekasi kata Nia, dimulai
dari percepatan koordinasi dan pelaporan kasus di Puskesmas dan Rumah Sakit
(RS), melaksanakan gerakan serentak PSN di lingkungan masyarakat, monitoring
tim DBD, sosialisasi, hingga evaluasi di pelayanan kesehatan. Upaya untuk
menekan perkembangan jentik juga disebut telah dilakukan. “Pemberian Larvasida
Untuk Tiap Puskesmas Se-Kota Bekasi Supaya Bisa Menekan Jentik Nyamuk Aedes”,
ungkapnya.
Catatan kasus hingga
bulan ke sembilan ini dinilai mengkhawatirkan, terlebih data kasus sudah melampaui
tahun sebelumnya oleh Anggota Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)
Kota Bekasi, Heri Purnomo. Selain jumlah kasus, angka kematian juga menjadi
alasan ia menyebut penyebaran kasus DBD di Kota Bekasi mengkhawatirkan.
“Tinggi, iya kita cukup tinggi. Dan memang harus ada kehati-hatian dalam
menanganinya”, tuturnya.
Melihat data dan fakta
di lapangan, ia meminta Dinkes Kota Bekasi lebih serius menangani penyebaran
kasus DBD. Belum lagi, cuaca akhir-akhir tidak bisa diprediksi dalam masa
peralihan.
Disamping upaya Dinkes,
peran serta masyarakat juga dinilai penting, salah satu cara yang paling
efektif adalah menjaga kebersihan lingkungan. Yang kerap terlupakan kata Heri,
menguras genangan air, mulai dari dalam rumah dan lingkungan sekitarnya.
Contoh paling sederhana
di dalam rumah, adalah di area dispenser atau alat penyimpan air, berpotensi
menjadi genangan air bersih di sekitarnya, tempat favorit untuk nyamuk Aedes
Aegypti berkembang biak. “Dan juga kita minta peran serta masyarakat, itu
kader-kader Jumantik yang ada di tiap kelurahan, RW, agar juga menghimbau masyarakatnya dalam menjaga kebersihan,”
ungkapnya. (ZIK)
0 Komentar