Prabowo
Subianto. Siapa yang tidak kenal dia. Ia adalah Calon Presiden Republik
Indonesia 2019. Di bidang militer, Prabowo sudah dikenal luas. Apalagi di
bidang politik, karena ia bukan sekali ini mencalonkan diri sebagai presiden.
Baru-baru ini
Prabowo Subianto tersandung mengenai keakuratan informasi tentang team
suksesnya sendiri, Ratna Sarumpaet. Pertama, setelah mendengar informasi bahwa
Ratna Sarumpaet dianiaya, terlihat dari wajahnya yang lebam, Prabowo dan
teamnya muncul dalam konferensi pers di televisi yang ingin bertemu Kepala
Kepolisian Republik Indonesia untuk membahas masalah tersebut. Sebuah tindakan
terpuji dari seorang komandan yang ingin secepatnya menyelesaikan kasus yang
dialami team atau anak buahnya.
Kedua,
Prabowo Subianto muncul lagi di televisi. Kali ini, ia meminta maaf, bahwa
usaha penganiayaan terhadap teamnya tidak benar. Bahkan karena memberikan
informasi tidak benar, Ratna Sarumpaet yang berusia 70 tahun itu dipecat. Lagi
suatu tindakan yang tegas dari seorang komandan yang tidak menyukai kebohongan
dari seorang anak buah. Prabowo meninta maaf kepada bangsa Indonesia. Ini
merupakan sikap kesatria selanjutnya dari Prabowo yang harus diberi acungan
jempol.
Sebetulnya
peristiwa ini memberi pelajaran kepada bangsa Indonesia untuk tidak cepat
mempercayai sebuah informasi. Di dalam Ilmu Sejarah kita tidak selalu percaya
dengan sumber yang diperoleh. Masih ada banyak pertanyaan ketika sumber itu
diterima. Pertanyaan yang diajukan, apakah informasi atau data yang kita terima
itu otentik atau asli. Atau apakah benar informasi yang diberikan?
Sebagai
seorang pemimpin, informasi itu harus diuji untuk menemui kebenaran. Pengujian
itu tidak harus sekali, tetapi lebih baik berkali-kali, sehingga kita bisa
yakin, bahwa informasi itu dapat dipercaya, jika dalam bentuk tulisan, apakah
sah dan benar. Setelah itu, kita yakin bahwa informasi itu benar dan jika dalam
bentuk tulisan, maka data itu otentik.Dasman
Djamaluddin/Kompasiana
0 Comments