NCW Ungkap Arogansi Walikota Prabumulih, Permalukan Pejabat Asda III Disaat Apel Pasca Pilkada


Prabumulih, KORANTRANSAKSI.Com - Beredar video insiden keributan antara Walikota Prabumulih dengan Asisten III berinisal (A) pada saat apel pagi di halaman kantor Walikota Prabumulih, Kamis (04/10) pasca Pilkada.

Berdasarkan informasi yang berhasil dihimpun KORANTRANSAKSI.Com, terjadinya keributan diduga dipicu saat Walikota Prabumulih, Ridho Yahya, dalam amanatnya menyindir ASN yang terlibat politik praktis wajib mundur.

Sindiran itu diduga kuat membuat Asisten III Kota Prabumulih merasa tersinggung lalu menghampiri Walikota Prabumulih, Ridho Yahya, yang saat memimpin apel upacara yang sedang berlangsung. Terlihat petugas Satpol PP dan peserta upacara lainnya menghampiri melerai, membawa Asisten III keluar lokasi upacara sehingga insiden kontak fisik dengan Walikota dapat dihindarkan.

"Saya tidak takut sama Bapak," kata Pejabat tersebut seraya nampak emosi dalam rekaman video yang beredar.

Ridho Yahya adalah icumbent, adalah walikota Prabumulih yang baru saja dilantik pasca memenangkan kontestasi Pilwako Kota Prabumulih pada Pilkada serentak 2018 yang lalu. Ia maju berpasangan dengan Adriansyah Fikri melawan Kotak Kosong (Koko). Namun, Meski melawan kotak kosong dan semua Parpol merapat, Ridho-Fikri nyatanya masih mendapat perlawanan sengit dari kelompok yang menamakan dirinya "Relawan Koko" Hal ini tandai dengan berdirinya posko-posko relawan Koko kala itu saat berlangsungnya pergelaran Pilkada.

Ketua Umum Nasional Corruption Watch (NCW), Syaiful Nazar kepada KORANTRANSAKSI.Com mengecam keras insiden keributan antara Walikota Prabumulih dengan bawahannya.

"Ini tamparan keras bagi Pemkot Prabumulih, dan sangat memalukan. Apalagi perseteruan tersebut terjadi dimuka umum saat digelarnya kegiatan Apel upacara," kata Syaiful Nazar (05/10).

Semestinya ujar Syaiful, Ridho Yahya, harus bisa menempatkan diri sebagai Bapak Kota Prabumulih dan merangkul semua pihak termasuk para Aparatur Sipil Negara (ASN) dilingkup Pemkot Prabumulih dan berpikir mencarikan solusi untuk Prabumulih kedepan dan tidak mencari permasalahan baru.

" Kan Pilkada sudah usai, Ridho itu datang sebagai jabatan Politis dan ASN merupakan pegawai yang telah disumpah. Tak perlu mengungkit-ungkit saat Pilkada. Tempatkan diri sebagai Bapak Kota Prabumulih.

"Kalau gaya seperti itu, itu namanya bukan seorang pemimpin masa depan. Tapi seperti preman masa depan, ujar Syaiful Nazar. Karena Seorang pemimpin tidak boleh dendam apalagi mempermalukan anak buah dihadapan para Aparatur Sipil Negara lainnya," kecam Syaiful Nazar. ( ZIQ/TIM)

Posting Komentar

0 Komentar