Gerakan Cerdas Ber-Medsos Dari Wonosobo untuk Indonesia

Gerakan Cerdas Ber-Medsos.
WONOSOBO, KORANTRANSAKSI.com - Keprihatinan Presiden Jokowi terkait konten media sosial yang kerap dipenuhi caci-maki, sumpah-serapah dan kebencian sudah beberapa kali disampaikan pada masyarakat. Salah satu kelompok masyarakat yang kemudian merespon keprihatinan Presiden Jokowi dengan tindakan nyata adalah sebuah komunitas di Kabupaten Wonosobo.
Mereka melakukan berbagai upaya untuk mencegah dan menangkal konten medsos yang dipenuhi hasutan, fitnah, kebencian dan kemarahan. Salah satu keprihatinan utama yang menggerakkan Septiaji Eko Nugroho adalah begitu banyaknya konten negatif di sosial media yang kemudian membentuk opini publik yang salah terhadap satu hal.
Mengutip situs We Social, Septiaji memaparkan bahwa pada tahun 2016, Indonesia memiliki 88,1 juta pengguna internet aktif atau meningkat 15 persen dibandingkan tahun 2015. Pembelian dan penggunaan SIM Card mencapai 326,3 juta, melebihi jumlah penduduk Indonesia yang berkisar 250 juta penduduk.
“Hal ini berarti rata-rata setiap penduduk pengguna telepon genggam memiliki dua SIM Card. 85% penduduk Indonesia menggunakan telepon genggam di mana 43%nya adalah pengguna smartphone. Pengguna media sosial di Indonesia mencapai 79 juta orang dengan rata-rata pemakaian selama 2 jam 51 menit,” papar Septiaji dalam acara workshop Cerdas Ber-medsos yang diadakan Dinas Pendidikan Kebudayaan Pemuda dan Olahraga Pemda Kabupaten Wonosobo.
Aplikasi chat paling favorit masih BBM (15 juta 10 ribu orang), social network favorit adalah Facebook 11.850.000. “Keriuhan penggunaan media sosial patut menjadi satu perhatian utama terutama perdebatan mengenai “kesantunan dan etika” dalam media sosial,” tegas Septiaji.
Tujuan utama dari workshop Cerdas Ber-Medsos ini adalah selain memberikan wawasan tentang fenomena media sosial beserta implikasinya dan memberikan ilustrasi bagi para peserta workshop untuk memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi termasuk di dalamnya penggunaan media sosial secara bijak. Juga menggali pemahaman kalangan remaja tentang media sosial tersebut.
Tujuan akhir yang ingin dicapai dari workshop ini adalah suatu kampanye sosial yang dilakukan kalangan remaja untuk menyerukan hal-hal yang positif melalui media sosial dan juga menjadi pembawa pesan bagi kalangan remaja tentang bagaimana bermedsos secara bijak dan santun. “Medsos adalah sebuah sarana yang bagus jika bisa dimanfaatkan secara bijak dan positif oleh seluruh penggunanya,” ujar Septiaji. Namun saat ini, banyak remaja penguna medsos yang belum teredukasi dengan baik.
Dalam workshop yang juga menghadirkan seorang tenaga ahli Kantor Staf Presiden, FX Rudy Gunawan sebagai narasumber itu, sekitar 100-an siswa SMA dari berbagai sekolah di Wonosobo mengikuti dengan antusias. “Hal penting yang harus dilakukan dan dicapai oleh para penulis di media sosial di Indonesia adalah menjadikan setiap konten sebagai mediasi bagi sebuah diskusi publik yang sehat dan demokratis dan dilandasi semangat cinta kebenaran sehingga tidak mudah terhasut oleh konten-konten negatif,” papar FX Rudy Gunawan pada para peserta.
Dalam fungsi sebagai ruang publik, media sosial sebenarnya memiliki potensi untuk menumbuhkan toleransi di antara berbagai kelompok masyarakat. Bukan malah memicu kebencian dan kemarahan satu sama lain.
“Dengan toleransi setiap kelompok akan memahami dan menerima bahwa kelompok lain punya hak yang sama untuk meyakini kebenaran masing-masing dengan tetap saling menghormati tanpa saling mengganggu. Jika toleransi menjadi landasan ber-medsos maka keberagaman akan mekar dalam persatuan yang indah seperti diajarkan founding father Ir. Soekarno,” tegas Rudy Gunawan.
Generasi muda yang lahir di era digital memang harus cerdas dalam bermedsos yang telah menjadi bagian utama kehidupan mereka. (Q4/Rel)

Posting Komentar

0 Komentar