![]() |
(Foto:dok) |
Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik
Kemenkes, Aji Muhawarman menegaskan bahwa, hasil itu ditemukan dari pemeriksaan
sekitar 1.562 pekerja dan warga sekitar Kawasan Industri Cikande sebagai tindak
lanjut kasus udang yang terpapar material radioaktif di daerah itu. Otoritas
Amerika Serikat yang menemukan kasus udang itu.
"Untuk perawatannya diberikan obat prussian
blue," kata Aji.
Lebih lanjut Aji mengungkapkan, proses deteksi
ribuan orang itu dilakukan berlapis dengan alur pemeriksaan. "Surveymeter
untuk mendeteksi paparan eksternal radiasi pada tubuh dan pakaian. Jika
positif, dilakukan dekontaminasi. Mandi, ganti pakaian, lalu diperiksa
ulang," katanya.
![]() |
(Foto: Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati) |
"Jika terindikasi serius, dirujuk ke RS rujukan
nasional (RS Fatmawati) untuk pemeriksaan dan perawatan lebih lanjut,"
ujar Aji.
Efek
Paparan: Mual hingga Kerusakan Organ
Aji mengungkapkan sejumlah
efek dan dampak dari paparan Cs-137 ke tubuh manusia, meliputi efek jangka
pendek, seperti sindrom radiasi akut, yakni mual, muntah, diare, kelelahan,
sakit kepala, hingga penurunan sel darah putih.
Selain itu, kerusakan
kulit dan jaringan dengan tanda kemerahan, lepuh, luka bakar radiasi. Pada
paparan radiasi yang tinggi, ada risiko perdarahan, infeksi berat, kerusakan
organ, dan kematian.
Sedangkan pada jangka
panjang, kata Aji, paparan rendah berulang atau internal, ada peningkatan
risiko kanker akibat kerusakan DNA, penurunan daya tahan tubuh karena gangguan
sumsum tulang dan imunitas. Bila paparan pada ibu hamil, risiko kelainan janin
meningkat.
Paparan kronis pada
organ tubuh dapat memicu gangguan metabolisme dan degeneratif. Namun, dia
menegaskan bahwa mayoritas paparan yang ditemukan masih pada level yang bisa
ditangani dengan dekontaminasi, obat khusus, dan pemantauan kesehatan jangka
panjang.
Satgas
Penanganan Cs-137
Pemerintah melalui Satgas Penanganan Cs-137 telah melakukan langkah penanganan di wilayah Cikande dan sekitarnya, yakni dalam radius 5 km. Sejumlah langkah yang dilakukan, kata Aji, yakni edukasi dan komunikasi risiko kepada masyarakat agar tetap tenang, namun waspada, serta pemantauan kesehatan masyarakat akan dilakukan, termasuk pemantauan kepada keluarga dan kontak serumah. "Pemeriksaan akan diperluas menunggu hasil pemetaan dari BAPETEN dan BRIN," kata Aji.
Dia mengimbau publik
untuk mengikuti pemeriksaan kesehatan gratis di puskesmas atau fasilitas
kesehatan yang ditunjuk pemerintah, karena radiasi tidak bisa dilihat,
didengar, atau dicium, sehingga pemeriksaan kesehatan sangat penting untuk
mengetahui dampaknya.
"Terapkan Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Rajin cuci tangan, mandi setelah beraktivitas di
area berisiko, konsumsi makanan bergizi, istirahat cukup," katanya.
Aji mengingatkan kepada
warga untuk segera melapor ke tenaga kesehatan bila mengalami keluhan, seperti
mual, muntah, lemas, atau perubahan kesehatan lain, dan memantau hanya
informasi resmi dari Kementerian Lingkungan Hidup, Kemenkes, Satgas, dan
pemerintah daerah.
"Tidak perlu
khawatir berlebihan, pemerintah telah melakukan dekontaminasi, pengamanan
lokasi, dan penanganan medis," ujarnya.
Aji mengingatkan untuk
tidak memberi stigma atau diskriminasi, dan solidaritas sosial untuk membantu
pemulihan bersama.
Awal
Kasus
Kasus ini mencuat
setelah pada Agustus 2025 ada penolakan ekspor udang beku asal Indonesia oleh
pihak Amerika Serikat karena terdeteksi terkontaminasi radioaktif. Hasil
penyelidikan pemerintah Indonesia, ditemukannya sejumlah titik penimbunan
material slag hasil peleburan yang mengandung zat radioaktif Cesium-137 di
kawasan industri modern Cikande, Serang.
Adapun lokasi pabrik udang itu berdekatan dengan perusahaan yang diduga
sebagai sumber pencemaran radioaktif.
Menyadari ancaman
serius yang ditimbulkan, Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) bergerak cepat
berkoordinasi dengan Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN), Badan Riset dan
Inovasi Nasional (BRIN), serta Komando Brimob Polri (KBRN) untuk mengamankan
lokasi dan mencegah kontak langsung dengan manusia. KBRN segera memasang garis
pengaman di delapan titik teridentifikasi, dilanjutkan proses dekontaminasi
oleh Tim Khusus Pelaksana.
KLH/BPLH bersama tim
lintas sektor juga terus melakukan deteksi tambahan di titik-titik lain yang
berpotensi terkontaminasi untuk memastikan tidak ada sumber radiasi yang
terlewatkan. (TIM)
0 Komentar