![]() |
(Foto:Ilustrasi Pabrik Nissan Motors) |
Berdasarkan pantauan
dari tim KORANTRANSAKSI.com, langkah itu merupakan buntut dari
kelanjutan situasi yang tengah menimpa Nissan beberapa waktu terakhir. Pabrikan
secara perlahan mulai kehilangan tajinya, penjualan di China yang melemah dan
menyusutnya pasar di Amerika Serikat.
Rencana PHK massal itu
sejatinya telah akrab dengan Nissan akhir-akhir ini. Awalnya mereka berniat
memberhentikan 9 ribu tenaga kerja, kemudian menjadi 11 ribu orang, hingga pada
akhirnya bertambah menjadi 20 ribu lebih sumber daya manusia.
Kondisi tersebut
dikhawatirkan sebagai tanda semakin terpuruknya Nissan pada masa mendatang.
Jenama Jepang itu melaporkan kerugian bersih sekitar 700-750 miliar yen atau
setara dengan Rp 76-82 triliun. Kerugian tersebut berdasarkan tahun fiskal 2024
yang tercatat hingga Maret.
Ada
dua hal besar yang membuat Nissan gagal berkembang. Pertama di pasar
terbesarnya Amerika Serikat, pabrikan tidak mampu memanfaatkan peluang
tumbuhnya mobil elektrifikasi seperti hybrid dan Battery Electric Vehicle
(BEV).
Kemudian
di China sendiri harus menghadapi persaingan sangat ketat dan cepat, Nissan
berencana akan menghadirkan 10 model BEV baru lagi untuk menjawab tantangan
tersebut. Selain PHK, penutupan pabrik di beberapa negara juga menjadi
keputusan yang diambil.
Terbaru,
Nissan akhirnya menghentikan rencana membangun pabrik baterai senilai USD 1,1
miliar di Jepang, yang semula diproyeksikan agar mobil listriknya dapat
insentif dari pemerintah setempat. Satu pabrik Nissan di Thailand dan dua
negara lainnya dinyatakan tutup. (TIM)
0 Komentar