(Foto:Humas Direktorat Jenderal Imigrasi) |
Untuk mencegah ancaman dan gangguan tersebut Ditjen Imigrasi beserta Kementerian/Lembaga terkait menggelar operasi intelijen yang dimulai sejak Juni Tahun 2022 hingga sekarang. Tim operasi telah melaksanakan pemantauan terhadap kurang lebih 23 (dua puluh tiga) kegiatan G-20 baik side event, main event maupun ministry meeting. “Selanjutnya tim akan melakukan pemantauan terhadap kurang lebih 8 (delapan) kegiatan G-20 serta 1 (satu) kegiatan acara puncak G20 yang akan diselenggarakan di Bali”, ujar Mulya.
Mulya menyebut bahwa
tim melaksanakan kegiatan pemantauan pada setiap penyelenggaraan rangkaian
acara G-20. Target operasi antara lain, memastikan pemberian visa ataupun
fasilitas Keimigrasian lainnya kepada delegasi dan jurnalis asing agar berjalan
dengan baik. Kemudian tim juga memastikan kesiapan pelayanan keimigrasian pada
Tempat Pemeriksaan Imigrasi dan kantor imigrasi.
“Selanjutnya kami terus
mengantisipasi kerawanan pelanggaran Keimigrasian serta hal lain terkait tugas
dan fungsi Keimigrasian. Selain itu, tim operasi memetakan potensi gangguan
keamanan dan ketertiban yang bisa saja terjadi di sekitar acara seperti aksi
unjuk rasa yang dilakukan oleh orang asing,”tambahnya.
Mengingat forum KTT G20
merupakan forum yang bergengsi di dunia dan menjadi cermin negara kita di mata
dunia, Mulya mengharapkan dukungan berbagai pihak yang terkait demi
keberhasilan penyelenggaraan acara puncak KTT G20.
Dirinya juga
mengharapkan terjalinnya koordinasi dan pertukaran informasi untuk memetakan
berbagai potensi kerawanan sehingga tercipta rekomendasi terhadap antisipasi
Ancaman, Tantangan, Hambatan dan Gangguan (ATHG) terhadap penyelenggaran G20,
khususnya bagi Direktorat Jenderal Imigrasi yang terkait dengan pelayanan
keimigrasian. (ZIK/TIM)
0 Komentar