Pemerintah Luncurkan Beasiswa Untuk 1.000 Dosen

Direktur Jenderal Sumber Daya Iptek dan Dikti Kemristekdikti Ali Ghufron Mukti memberikan keterangan kepada wartawan, di Jakarta, Senin (5/6).
JAKARTA, KORANTRANSAKSI.com - Guna meningkatkan jumlah tenaga pendidik atau dosen serta ilmuwan yang kompetitif di masa depan,  Pemerintah melalui Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti) melalui Direktorat Sumber Daya Iptek Dikti (SDID) meluncurkan program tiga skema beasiswa bagi dosen, baik dosen perguruan tinggi negeri (PTN) maupun dosen perguruan tinggi swasta (PTS).
“Ketiga skema beasiswa itu adalah Beasiswa Pendidikan Pascasarjana Dalam Negeri (BPP-DN), Beasiswa Afirmasi untuk Perguruan Tinggi Negeri Baru (PTNB), dan Beasiswa Program Pendidikan Magister menuju Doktor untuk Sarjana Unggul (PMDSU),” kata Direktur Jenderal Sumber Daya Iptek dan Dikti Kemristekdikti Ali Ghufron Mukti kepada wartawan, di Jakarta, Senin (5/6).
Ali Ghufron menyebutkan, tersedia 1.000 kuota bagi dosen yang akan mengikuti BPP-DN, sementara beasiswa Afirmasi PTNB ada 150 kuota, dan untuk PMDSU ada 250 kuota. Beasiswa jenjang S-2 untuk dosen tetap yang memiliki NIDN (Nomor Induk Dosen Nasional) atau NUPN diberikan melalui skema beasiswa Afirmasi PTNB. Sedangkan BPP-DN diberikan kepada dosen di lingkup Kemristekdikti untuk menempuh jenjang S-3.
Adapun untuk beasiswa PMDSU, imbuh Ghufron, akan diberikan kepada fresh graduate yang memenuhi kualifikasi untuk menjadi seorang doktor dengan masa pendidikan selama empat tahun. Pada program ini, sarjana unggul tersebut dituntut menghasilkan minimal dua publikasi hasil riset di jurnal internasional.
Dirjen Sumber Daya Iptek dan Dikti Kemristekdikti itu menambahkan, peserta beasiswa PMDSU akan memperoleh fasilitas berupa hibah penelitian untuk mahasiswa sebesar Rp50-60 juta per tahun dan mendapat bimbingan penulisan publikasi ke luar negeri. “Untuk ketiga beasiswa dalam negeri, yaitu BPP-DN, Beasiswa Afirmasi, dan PMDSU sudah mulai dibuka pendaftarannya 5 Juni sampai dengan 30 Juni 2017,” ungkap Ali Ghufron.
Tak hanya itu, lanjut Ali Ghufron, tersedia juga beasiswa dosen ke luar negeri, yakni dilakukan melalui skema Dikti Funded Fulbright ke Amerika Serikat (AS) untuk 50 penerima, OeAD dengan Austria untuk 10 penerima, dan Newton Fund dengan Inggris untuk delapan penerima.

6.000 Dosen Pensiun
Direktur Jenderal Sumber Daya Iptek Kemristekdikti Ali Ghufron Mukti itu mengemukakan, hingga saat ini, tercatat 34.933 dosen di Indonesia masih berkualifikasi S-1. Sedangkan jumlah profesor masih ada di angka 5.389 orang. Padahal, idealnya seharusnya Indonesia butuh 22 ribu profesor.
Sementara sampai 2021 lebih dari 6.000 dosen akan pensiun. “Oleh karena itu, beasiswa ini menjadi terobosan untuk meningkatkan kapasitas dosen dan mencetak sumber daya iptek dikti dari sarjana unggul,” kata Ali Ghufron.

Krisis Dosen
Karena berbagai persoalan yang dihadapi, Kemristekdikti menyatakan Indonesia mengalami krisis dosen. "Kita mengalami berbagai persoalan dosen seperti masih banyaknya dosen yang sarjana, kemudian jumlah doktor dan guru besar yang masih kurang dari batas minimal," ujar Ali Ghufron Mukhti.
Dia menjelaskan, berdasarkan Undang-undang Guru dan Dosen, sejak 10 tahun disahkan, seharusnya tidak ada lagi dosen yang berpendidikan sarjana atau minimal pascasarjana. Namun kenyataannya, jumlah dosen yang masih sarjana masih mencapai 34.393 dosen.
Sementara dosen yang berpendidikan doktor juga masih sekitar 25.000 orang padahal paling tidak jumlah doktor sebanyak 30.000. "Jumlah guru besar juga masih sedikit, hanya 6.000 orang. Idealnya 22.000 guru besar," papar dia.
Oleh karena itu, lanjut dia, pihaknya berupaya untuk mengatasi persoalan tersebut dengan melakukan berbagai langkah yakni mempercepat proses pengurusan guru besar yang sebelumnya membutuhkan waktu dua tahun, menjadi dua bulan saja. Kemudian memberikan beberapa beasiswa untuk mengatasi persoalan pendidikan dosen. (ZN)

Posting Komentar

0 Komentar