Pemaparan hasil riset ‘brand diagnostic’. |
JAKARTA, KORANTRANSAKSI.com – Bhinneka Tunggal
Ika, keberagaman adalah aset utama bangsa Indonesia. Keberagaman ini tampak dalam bidang seni,
budaya, kuliner, dan sejarah. Indonesia
menawarkan banyak hal yang dapat memuaskan setiap selera.
Untuk
mempromosikan Indonesia, perlu disiapkan sumber daya manusianya terlebih dahulu
agar menjadi lebih siap untuk menyambut pelancong dan pelaku bisnis. Pemerintah
dan masyarakat perlu bekerja bersama untuk menjadikan Indonesia lebih baik.
Diperlukan adanya pendekatan ‘bottom-up’ bersama dengan pendekatan
‘top-to-bottom’.
Rekomendasi itu
terungkap dalam peluncuran hasil riset Citra Indonesia yang digelar bersama
Kantor Staf Presiden, Kementerian Perdagangan, Kementerian Komunikasi dan
Informatika dan beberapa pemangku kepentingan Kementerian/Lembaga lainnya,
akhir Desember lalu.
Riset ‘brand diagnostic’
ini menjelaskan persepsi tentang Indonesia di masyarakat internasional maupun
di Indonesia, dan untuk memahami bagaimana menciptakan citra Indonesia yang
lebih kuat. Pertanyaan yang diajukan misalnya ‘Apa yang orang ketahui tentang
Indonesia di antara masyarakat domestik maupun internasional?’ ‘Bagaimana
persepsi Indonesia dibandingkan dengan negara lain?’ ‘Apa saja persepsi positif
dan negatif mengenai Indonesia?’ ‘Bagaimana masyarakat Indonesia memandang
Indonesia dan apa yang mereka rasakan tentang identitas dan visi negara kita?’
Penelitian
dilakukan secara luas dengan 7610 wawancara kuantitatif, 390 interaksi
kualitatif dan 26 wawancara dengan pemangku kepentingan/pemuka pendapat di 16
negara. Pemaparan hasil riset ini dihadiri Deputi III Kepala Staf Kepresidenan
Bidang Kajian dan Pengelolaan Isu-isu Ekonomi Strategis dijabat bidang Denni
Puspa Purbasari dan Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian
Perdagangan Arlinda.
Dari riset itu
terungkap aset dan nilai kepribadian Indonesia. Sisi positif Indonesia ada pada
nilai-nilai: ramah, terbuka, menghargai perbedaan, gotong royong, hormat, dan
rendah hati. Sementara nilai negatif Indonesia misalnya: feodal, malas, tidak
disiplin, kurang kritis, merasa inferior atau rendah diri. Dari situ,
tersimpulkan aktor pembeda atau diferensiasi Indonesia yakni ‘memiliki
keaslian; walaupun kompleks, namun asli, cantik, alami, eksotis’.
Peringkat
Indonesia terendah di antara pesaing utama, yakni negara-negara Asian seperti
Thailand, Filipina, Malaysia dan Vietnam.
Titik lemahnya adalah unsur Manusia (ramah, tapi skornya tidak tinggi
untuk skor tenaga kerja) dan Budaya (skornya baik untuk warisan budaya tetapi
lemah dalam sport/ budaya kontemporer)
Garis tegas dari
penelitian ini, Idonesia adalah negara yang tidak memiliki reputasi
internasional. Indonesia adalah negara
Asia yang cantik, kekayaan berlimpah dan stabil dan memiliki Pemimpin yang
dinamis dan ber-kharisma. Dengan aset
yang dimilikinya -pariwisata, budaya, penduduk dan ekonominya -jelas dapat
menjadi pendukung untuk membangun reputasi yang lebih kuat.
Disimpulkan, untuk
membangun reputasi yang lebih kuat, Indonesia harus menonjol/memimpin dalam
sesuatu hal yang dapat membuat negara
ini dihormati dan dihargai. Bhinneka Tunggal Ika barangkali adalah salah satu
motto yang paling tepat untuk seluruh bangsa di abad XXI ini. (Q4/Rel)
0 Komentar