Diduga Lakukan Pelecehan Seksual, Rektor Universitas Pancasila Dipanggil Polisi Hari Ini?

 

Rektor Universitas Pancasila, Prof. Dr. Edie Toet Hendratno. SH. M,Si.
Jakarta, KORANTRANSAKSI.com – Polda Metro Jaya akan menjadwalkan pemeriksaan terhadap Rektor Universitas Pancasila, Prof. Dr. Edie Toet Hendratno alias ETH (72 tahun), terkait kasus dugaan pelecehan seksual hari ini, Senin (26/2). Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Ade Ary Syam mengatakan bahwa, pihaknya akan segera menjadwalkan pemeriksaan terhadap yang bersangkutan pada hari ini. “Jadwalnya (pemeriksaan) hari ini”, ucapnya.

Terlebih Dugaan pelecehan itu saat ini memang tengah diusut oleh Subdit Renakta Ditreskrimum Polda Metro Jaya. Namun demikian, Ade belum bisa memastikan kehadiran dari oknum rektor itu terkait pemeriksaan hari ini. Laporan terhadap ETH dilayangkan korban berinisial RZ (49) yang merupakan pegawai universitas tersebut. Laporannya telah diterima dan teregister dengan nomor: LP/B/193/I/2024/SPKT/POLDA METRO JAYA tertanggal 12 Januari 2024.

Pengacara korban, Amanda Manthovani, menjelaskan dugaan pelecehan ini terjadi sekitar Februari 2023 lalu. Awalnya korban diminta untuk datang ke ruangan terduga pelaku. Di tengah perbincangan, terlapor tiba-tiba mencium pipi korban. Sontak hal tersebut membuat korban terkejut, namun ia hanya bisa terdiam. Tak berhenti di situ, oknum rektor itu bahkan sempat memegang bagian sensitif korban.

Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Ade Ary Syam Indradi (Foto:dok)
Raden Nanda Setiawan, pengacara Rektor Universitas Pancasila, Prof. Edie Toet Hendratno, membantah soal kasus dugaan pelecehan seksual yang menimpa kliennya. "Berita tersebut kami pastikan didasarkan atas laporan yang tidak benar, dan tidak pernah terjadi peristiwa yang dilaporkan tersebut”, tutur Raden.

Raden menyinggung bahwa melaporkan sesuatu ke polisi adalah hak setiap orang, tapi, laporan atas suatu peristiwa fiktif akan ada konsekuensi hukumnya. "Terhadap isu hukum atas berita yang beredar tersebut kita harus menjunjung tinggi prinsip praduga tak bersalah (presumption of innocent)," katanya.

Raden juga menyinggung soal pemilihan rektor. "Terlebih lagi isu pelecehan seksual yang terjadi satu tahun lalu, terlalu janggal jika baru dilaporkan pada saat ini dalam proses pemilihan rektor baru," ujar Raden. (TIM/RED)



Posting Komentar

0 Komentar