3 Pemuda Palestina Ditembak di Vermount AS

 

Hisham Awartani, Kinnan Abdel Hamid, dan Tahseen Ahmed, yang merupakan tiga mahasiswa keturunan Palestina yang menjadi korban penembakan di dekat Universitas Vermount di Burlington pada 25 November 2023 (Foto:dok)
Jakarta, KORANTRANSAKSI.com - Tiga mahasiswa keturunan Amerika-Palestina yang ditembak di dekat Universitas Vermount, Kota Burlington, saat libur Thanksgiving akhir pekan lalu ternyata menyelamatkan diri dari kekerasan di Tepi Barat — dengan harapan mereka bakal aman di Negeri Paman Sam. Ketiga korban yang bernama Hisham Awartani, Kinnan Abdalhamid, dan Tahseen Aliahmad itu telah bersahabat sejak masih bersekolah di Ramallah Friends School, Kota Ramallah, Tepi Barat.

Dikutip dari Anadolu Agency, hal tersebut diungkap oleh paman dari Kinnan Abdalhamid, Radi Tamimi, dalam konferensi pers bersama Wali Kota Burlington Miro Weinberger, Kepala Kepolisian Jon Murad, dan paman dari korban Hisham Awartani, Rich Price.

Tamimi mengatakan, insiden penembakan itu membuat dia beserta kerabatnya malu lantaran telah berpikir bahwa AS memiliki stabilitas dan keamanan lebih baik bagi ketiga korban. "Kinnan tumbuh besar di Tepi Barat dan kami selalu berpikir bahwa hal itu bisa lebih berisiko dalam hal keselamatannya dan mengirimnya ke sini adalah keputusan yang tepat," ujar Tamimi.

"Kami merasa dikhianati dalam keputusan itu di sini dan kami hanya mencoba untuk menerima semuanya," tambahnya. Tak pernah ada di benak Tamimi selama 15 tahun sejak dia pindah ke AS, tragedi seperti ini akan terjadi.

Hisham Awartini (Kiri) saat bersama dengan ibu dan neneknya (Foto:dok)
Tamimi menambahkan, penembakan terjadi saat saudara perempuan Abdalhamid datang jauh-jauh ke AS dari Tepi Barat untuk merayakan Thanksgiving bersama-sama. "Ironi, tragis — bukanlah kalimat yang tepat," tutur dia.

Meski sampai sekarang polisi belum mengeluarkan pernyataan resmi soal motif penembakan, tetapi kerabat para korban termasuk Tamimi meyakini, tindakan itu dipicu oleh rasa kebencian.  "Tetapi untuk membuat mereka datang tinggal bersama saya untuk merayakan Thanksgiving dan mengalami hal seperti ini menunjukkan tingkat kebencian masyarakat, menunjukkan tingkat kebencian yang ada di beberapa sudut negara ini," sambung Tamimi.

Price, pada gilirannya, meyakini ketiga pemuda malang itu menjadi sasaran setelah pelaku — yang telah ditangkap polisi dan bernama Jason Eaton (48), melihat mereka mengenakan syal tradisional khas Palestina (keffiyeh) dan berbicara dalam Bahasa Inggris-Arab. "Kami percaya pada kesucian asas praduga tak bersalah dan proses hukum. Jadi kami akan mendukung pihak berwenang saat mereka melakukan investigasi," kata Price.

Tamimi dan keluarganya pun berpendapat serupa, serta merasa sulit mempercayai bahwa penembakan itu adalah 'tindakan yang tidak disengaja'. Pada Senin (27/11), Eaton hadir di pengadilan, tetapi mengaku tidak bersalah atas tiga dakwaan pembunuhan tingkat dua. Dia tetap ditahan tanpa jaminan. (TIM)



Posting Komentar

0 Komentar