Melalui Indeks Pengukuran layanan Publik, Kemenkumham Akan Mengupayakan Kebijakan Yang Partisipasif

 

Menteri Hukum dan HAM Yasonna H.Laoly saat membuka acara Seminar Nasional yang bertemakan "Indeks Layanan: Menakar Akselerasi Kinerja Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia pada Senin, 18 Juli 2022 (Foto:Humas Direktorat Jenderal Imigrasi)
Jakarta, KORANTRANSAKSI.com – Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM) telah melakukan indeks kepuasan masyarakat dan indeks persepsi anti korupsi sejak tahun 2015. Hal tersebut disampaikan langsung oleh Menteri Hukum dan HAM, Yasonna H.Laoly saat membuka acara Seminar Nasional yang bertemakan “Indeks Layanan: Menakar Akselerasi Kinerja Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia pada Senin,(18/7/2022).

Kegiatan tersebut merupakan salah satu rangkaian untuk memperingati Hari Dharma Karya Dhika (HDKD) yang ke-77, yang digelar secara hybrid itu juga melibatkan para pemuka agama untuk membimbing Doa KumHam bagi Indonesia.

Yasonna H.Laoly menyampaikan bahwa, pengukuran indeks ini bukan hanya sebagai alat evaluasi, tetapi juga wujud konkret keterlibatan pengguna layanan untuk menghasilkan kebijakan yang pastisipasif.

“Pengukuran Indeks ini bukan hanya sebagai alat evaluasi, akan tetapi juga wujud konkret keterlibatan pengguna layanan untuk menghasilkan kebijakan yang partisipatif. Dengan melibatkan pengguna layanan, unit layanan publik dapat mengetahui kebutuhan pengguna dan melakukan perbaikan ketika mendapatkan umpan balik”, ujar Yasonna.

Pejabat/petugas terkait dapat melihat potret layanan secara realtime menggunakan Indeks Layanan. Data tersebut dapat diolah kemudian dirumuskan menjadi kebijakan pelayanan publik. Perbaikan layanan yang dilakukan dari tingkat Unit Pelaksana Teknis (UPT) hingga kementerian diharapkan dapat memberikan persepsi positif dan kenyamanan bagi masyarakat.

“Dengan menakar percepatan kinerja kita melalui pengukuran indeks, diharapkan kita mampu memetakan isu aktual terkait permasalahan dalam pelayanan publik. Sehingga akan menghasilkan solusi perbaikan berkelanjutan dalam rangka mendukung program Strategi Nasional Pencegahan Korupsi (Stranas PK),” lanjutnya.

Pelayanan prima tidak dapat terwujud hanya dengan jentikan jari, apalagi di tengah tuntutan masyarakat yang terus meningkat. Oleh karena itu, Insan Pengayoman diimbau untuk melahirkan inovasi yang berkelanjutan.

Kuncinya adalah komitmen bersama, sinergitas antarlembaga, transformasi sistem serta perubahan mindset dari dilayani menjadi melayani. Komunikasi yang harmonis berperan penting guna membangun kerjasama yang apik.

Pada aspek keimigrasian, partisipasi masyarakat diwadahi melalui penilaian kepuasan pemohon di kantor imigrasi serta pelayanan pengaduan dan informasi keimigrasian di level pusat. Imigrasi secara berkelanjutan mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang bersifat akomodatif terhadap kebutuhan masyarakat, terutama sejak munculnya Pandemi Covid-19 hingga masa pemulihan ekonomi nasional saat ini.

Contoh nyatanya antara lain kebijakan reaktivasi eVisa yang diberikan kepada Orang Asing yang sudah memperoleh eVisa namun tidak bisa masuk Wilayah Indonesia karena pembatasan masuk bagi WNA selama masa Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) darurat. Hal tersebut menyebabkan banyak eVisa yang kadaluarsa sebelum digunakan masuk Indonesia.

Kebijakan lain yakni pemberian fasilitas Visa On Arrival (VOA) kepada Orang Asing asal 72 negara. Fasilitas ini memudahkan wisatawan mancanegara yang untuk kembali berlibur di Indonesia setelah dua tahun terhalang pandemi, yang akan berdampak terhadap membaiknya perekonomian di sektor pariwisata dan transportasi. (TIM/RED)


Posting Komentar

0 Komentar