Sri Mulyani Beberkan Alasan Target Ekonomi RI Tumbuh 5,3 Persen pada 2019

Menteri Keuangan Sri Mulyani (Foto:dok)
Jakarta, KORANTRANSAKSI.Com  -  Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menghadiri rapat kerja dengan komisi XI DPR RI pada Senin (10/9/2018). Rapat kerja tersebut untuk membahas pengambilan keputusan asumsi dasar ekonomi makro Rancangan Undang-Undang (RUU) Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Tahun Anggaran 2019.

Sri Mulyani menjelaskan pertimbangan pemerintah dalam menetapkan asumsi ekonomi makro pada 2019.diantaranya pertumbuhan ekonomi, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, inflasi, harga minyak dan suku bunga SPN 3 bulan.

Target pertumbuhan ekonomi sebesar 5,3 persen pada 2019 dan kondisi ekonomi global tak luput dari pertimbangan pemerintah. Dinamika ekonomi global masih terus berlangsung dipicu oleh kebijakan ekonomi Amerika Serikat.

"Pertama normalisasi kebijakan ekonomi Amerika Serikat. Pertama, suku bunga dan tingkat likuiditas. Normalisiasi artinya menyesuaikan kembali tingkat suku bunga," ujar Sri Mulyani di Gedung DPR “ Senin (10/9/2018).

Sri Mulyani mengatakan, beberapa kuartal terakhir sejak 2017 hingga 2018 bank sentral Amerika Serikat telah menaikan suku bunga sebanyak 175 basis poin. Hal ini kemudian berdampak secara keseluruhan kepada seluruh ekonomi dunia.

"Implikasi dari normalisasi kebijakan moneter tentu bersifat sangat global karena mata uang Amerika Serikat adalah mata uang yang digunakan di seluruh dunia," ujar dia.

Tidak hanya normalisasi moneter, kebijakan perdagangan ekonomi Amerika Serikat juga berdampak pada perekonomian global. Perang dagang antara Amerika Serikat dengan Tiongkok diprediksi masih meluas ke negara lain.

"Pertumbuhan negara di seluruh dunia masih di 3,9 persen. Di mana AS paling kuat, pertumbuhannya 2,9 persen. Eropa akan menurun sedikit ke 2,2 persen terutama disumbang negara besarnya. Perancis juga turun, Italia lebih rendah," ujar dia.

Dalam rapat tersebut, Sri Mulyani didampingi oleh Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) Bappenas Bambang Brodjonegoro, Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Mirza Adityaswara, dan Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto. TIM

Posting Komentar

0 Komentar