Dongeng Dibalik Kue Keranjang alias Dodol Cina

 

(Foto:dok)
Serang, KORANTRANSAKSI.com - Ada dua dongeng soal kue keranjang atau dodol Cina. Ya, kue itu selalu muncul menjelang Imlek, tahun bagi orang-orang keturunan Tiongkok (Cina). Ketika tinggal di Perumahan Permata, Kota Serang, saya rutin mendapatkan kue keranjang. Pengirimnya adalah tetangga yang sering tak tahu nama aslinya, hanya dipanggil Enci.

Kue keranjang ini berbahan dasar tepung ketan, sagu dan beras. Dulu hanya ada satu rasa, yaitu manis sekali berasal dari gula jawa. Kue ini lengket. Disajikan dalam bentuk bulat, dibungkus plastik dan diberi label warna merah menyala dengan tulisan kanji di atasnya.

Kini kue keranjang punya banyak varian rasa. Ada rasa duren, keju dan lainnya. Cara penyajiannya macam-macam. Ada kue yang digoreng, dibakar dan dibentuk bunga, lonjong dan sebagainya. Konon, kue ini masuk ke nusantara (Indonesia) dibawa oleh para pedagang Tiongkok pada abad ke 15-16 .Tentu saja, dongeng di balik kue keranjang itu juga masuk ke negeri ini.

(Foto:dok)
Dongeng pertama kue keranjang adalah soal raksasa yang memangsa penduduk negeri di Tiongkok. Pemuda bernama Nian Go menyuruh warga membuat kue yang lengket, manis dan wangi untuk diletakan depan rumah. Dalam dongeng, siasat itu berhasil. Raksasa tidak lagi memakan warga, tapi mengambil kue keranjang yang disedialan setiap tahun baru atau Imlek. 

Dongeng kedua adalah soal Dewa Tungku atau Dapur yang diyakini berdiam di dapur. Dewa ini setiap menjelamg tahun baru (imlek) melapor ke langit berkaitan dengan kesejahteraan dan keharmonisan keluarga. 

(Foto:dok)
Nah, untuk memperlancaran laporan agar baik-baik saja, dibuatkan lah kue keranjang yang manis dan lengket untuk bekal sang dewa. Saya sering tersenyum ketika menerima kiriman kue keranjang karena ingat dua dongeng itu. Ya, namanya juga dongeng, tak perlu ada perdebatan soal kebenaranya.

Tahun ini, Imlek jatuh pada tanggal 1 Februari 2022. Sayang, sejak tinggal di Serang Hijau, saya sudah tidak dapat lagi kiriman kue keranjang yang unik itu. (Daeng Yusvin Karuyan)




Posting Komentar

0 Komentar