Komunis Dan Kita

SECARA prinsip, bahwa ideologi komunisme sudah jelas bertentangan dengan ideologi Negara Republik Indonesia. Ini artinya sudah final, tidak ada lagi tawar-menawar dengan alasan apapun, termasuk pengaruh terpuruknya ekonomi, misalnya. Jika Negara-negara komunis mengerti ini, ini adalah salah satu bentuk saling hormat-menghormati dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Begitu juga liberalisme, ini juga bertentangan dengan ideologi Negara Indonesia. Jangan paksakan ideologi yang tidak cocok untuk ditanamkan di bumi Pancasila.
Sudah menjadi kewajiban bagi para pemimpin/penyelenggara Negara RI, bahwa siapapun anda, dari mana pun asalnya, bila suatu ketika mendapat amanat memimpin Negara, tidak boleh keluar dari pakem ideologi Negara. Apalagi sejarah komunisme di Indonesia, menyiratkan “kekejaman” yang luar biasa. Tidaklah mungkin suatu kekuasaan yang direbut dari serba pemaksaan dan tindakan kekejaman, nantinya akan menjadi Negara yang nyaman bagi rakyatnya.
Dalam suasana yang aman, tenang dan damai, jangan coba-coba kembali membuat luka lama muncul lagi dengan berbagai cara. Kita semua bangsa Indonesia sudah dewasa, 72 tahun meredeka. Kita semua masih terus berperang melawan kemiskinan, kebodohan dan ketertinggalan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kesejahteraan.
Sudah bukan lagi jamannya, menawar-nawarkan ideologi di jaman ini. Semua bangsa sudah berjalan dengan ideologinya masing-masing. Yang harus dikembangkan adalah hubungan yang saling menguntungkan bagi antar bangsa tanpa mencederai “hati” rakyat. Hubungan perdagangan, pariwisata, prestasi olah raga dan hubungan yang dapat saling menghormati antar bangsa. Kemiskinan tidak boleh dimanfaatkan untuk tujuan yang tidak baik dari satu bangsa kepada bangsa yang lain.
Hampir sebagian besar bangsa Indonesia hidup dalam keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Kepercayaan kepada Tuhan, telah membuahkan kemerdekaan bagi bangsa ini dari cengkeraman penjajah selama lebih dari tiga setengah abad lamanya. Penderitaan bangsa ini begitu luar biasa atas pelanggaran HAM berat oleh para penjajah! Hidup dengan aturan agama samawi (agama langit, berkitab suci dari Tuhan: Taurat, Zabur, Injil, Al-Qur’an) saja, masih perlu banyak waktu untuk saling “mengerti”, apalagi hidup tanpa aturan agama samasekali (ideology komunis).
Ummat Islam bangsa Indonesia adalah yang paling berat bebannya, ketika ideology komunis dipaksakan masuk dan memaksakan kehendaknya di Madiun 1948. Karena Ulama-ulama di bunuh! Umat islam menjadi sasaran utama bagi komunis dalam melaksanakan kehendaknya di bumi Pancasila ini. Padahal umat islam bangsa Indonesia baru saja mengusir penjajah (pelanggar HAM berat) selama berabad-abad dan secara de jure pada 17 Agustus 1945 kita bebas.
Rongrongan komunis ternyata semakin kuat pasca pergerakan 1948 (Madiun). Terlihat ketika terjadi pemberontakan Gerakan 30 September 1965. Dua momen sejarah ini, mestinya tidak bisa kita lupakan sebagai pelajaran bagi bangsa Indonesia. Begitu pula generasi selanjutnya. Tidak bisa seorang “tokoh” atau siapapun menyatakan dengan enteng: “ ah…komunis sudah tidak ada di Indonesia” Inilah ujaran pelemahan pada kewaspadaan nasional kita. Paham komunisme tidak akan pernah mati, sepanjang masih ada bangsa/negara yang masih konsisten melaksanakannya dalam hidup dan kehidupan berbangsa dan bernegara di dunia ini. Ia tetap akan masuk melalui jalur “ekonomi”. Oleh karena itu Indonesia harus memikirkan kemajuannya dalam “ketahanan pangan” dan ketahanan ekonominya.
Kalaupun di Negara-negara komunis ia berhasil dan maju itu kita hormati sebagai hubungan antar bangsa yang beradab dalam pergaulan bangsa-bangsa di dunia. Itu bukan berarti kita harus ikuti cara (ideology)mereka untuk bisa sukses juga dibidang ekonomi dan sebagainya. Oleh karena itu, sukses dalam pandangan ideology masing-masing Negara memang sangat berbeda.

TAP MPR
Sukses bagi Negara tertentu adalah keberhasilan dibidang ekonomi dan teknologi semata-mata. Namun sukses            menurut ideology Pancasila, adalah kesuksesan yang seimbang antara kehidupan dunia dan kehidupan sesudah hidup di dunia. Oleh karena itu, ideology komunis merasa yang harus dilenyapkan adalah paham agama, ajaran agama dan hilangkan penggiat-penggiat agama di muka bumi. Bukti ini sudah jelas dengan dua pergerakan komunis di tanah air. Pertanyaannya, apakah generasi yang lahir tahun 1980-an tahu dan mengerti hal ini?
Melalui jalur pendidikan nasional hal itu sudah terlihat, pelajaran agama dan sejarah kemerdekaan bangsa Indonesia, sudah tersisihkan. Bahkan, jam pelajaran untuk kedua mata pelajaran tersebut diduga terus di ciutkan. Dalam hal mencegah ideology komunis tumbuh lagi di Indonesia, salah satunya sumber hukumnya harus dipertahankan, yaitu TAP MPR yang pernah mengatur tentang komunis jangan pernah untuk dihapuskan sampai kapanpun! Jika ada pihak yang seolah “memaksa” maka pihak tersebut patut diwaspadai.
Kita tidak boleh melihat apa yang telah terjadi sekarang ini saja. Masa depan bangsa dan Negara harus dipikirkan sejak hari kemarin, termasuk kewaspadaan terhadap paham komunisme ini yang tetap harus dipelihara. Salah satu alat yang paling ampuh adalah melalui jalur resmi yaitu: pendidikan nasional! Biarlah para penggiat/perongrong NKRI itu mau berujar apa saja melalui media yang diduga memang telah dikuasai, namun para pewaris dari pendiri negeri ini, harus terus berjuang dan terus berjuang dan perjuangan untuk itu tak akan pernah usai!

TNI
Satu-satunya saat ini yang menjadi garda depan yang kita andalkan untuk menghadapi berbagai penyusupan, dalam rangka melemahkan persatuan dan kesatuan serta memecah NKRI, adalah Tentara Nasional Indonesia (TNI). Kita mohon kepada Tuhan YME akan TNI benar-benar solid sebagai penjaga NKRI. ***

Posting Komentar

0 Komentar