Direktur Teknologi
Informasi Keimigrasian Ditjen Imigrasi Kementerian Imigrasi dan Pemasyarakatan
Chicco Ahmad Muttaqin menegaskan bahwa, "Jadi, semua diberlakukan oleh
sistem (digital), tidak lagi oleh orang yang kami dapatkan sebelumnya ini ada
permainan orang dalam”, tegas Chicco.
Kecurigaan para peserta
yang tergabung dalam perwakilan gerakan DemoSDUWHV, menurut Chicco, muncul saat
sistem mengalami down karena traffic cloud Google melonjak tinggi hingga 1,4
juta pengguna sehingga sisa kuota seleksi tidak tampil di dalam dashboard peserta
masing-masing.
"Tetapi karena
kekuatan server Google pada saat itu diserang, maka tidak semua peserta SDUWHV
bisa melihat dashboard yang terjadi. Biasanya kan kalau di tahun 2024 itu bisa
terlihat tuh, tinggal sekian, tinggal sekian, tinggal sekian," ucapnya.
Selain itu, ada dugaan
terhadap pemberian email yang terasa acak atas pendaftaran pada 15 Oktober dan
17 Oktober. Chicco mengungkapkan bahwa pemberian email itu tidak acak, sebab
peserta yang mendapatkan email adalah peserta yang sudah masuk limit kuota
berjumlah 5.000 orang tersebut tidak bisa melakukan verifikasi tahap kedua.
“Akhirnya, peserta yang
sudah masuk 5.000 ini, tidak juga bisa melanjutkan untuk ke-verifikasi kedua.
Akhirnya, kita berikan link khusus untuk mereka. Jadi, bukan karena kami secara
acak atau bukan kami main lotre, tetapi kami melindungi hak kepastian hukum
bagi 5.000 yang pertama itu tadi,” ungkapnya.
Lebih lanjut Chicco
menjelaskan, terdapat peserta yang tidak mendapatkan email walaupun mendapatkan
konfirmasi telah dikirimkan email akan dilakukan rencana kontinjensi atau
rencana khusus untuk menindaklanjuti keluhan tersebut.
Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt.) Direktur Jenderal Imigrasi, Yuldi Yusman mengatakan bahwa skema pemberian email dilakukan setelah peserta berada pada tahap menunggu di-waiting room. Yuldi pun menjelaskan, pemberian email juga bukan dari tindakan asal memilih peserta untuk dapat diloloskan ke dalam sistem. "Tidak memilih-milih siapa yang akan dikirimi email, tetapi berdasarkan 5.000 yang sudah masuk ke dalam data di kita. Apa istilahnya? Sudah masuk ke dalam waiting room," jelasnya.
Tidak semua peserta, menurut Yuldi, akan dipanggil setelah masuk ke dalam 5.500 kuota peserta. Ia membeberkan beberapa waktu lalu terdapat 38 permohonan yang tidak lolos saat melakukan verifikasi berkas. "Jadi, tidak semuanya juga yang dikirimi email itu, kemudian mereka mengajukan dokumennya ataupun file-nya itu di-ACC sama kita. Ada 38 permohonan (berkas, .red) itu batal," katanya.
Oleh karena itu, Yuldi
meluruskan bahwa gangguan saat pendaftaran SDUWHV murni disebabkan oleh kurang
optimalnya infrastruktur digital yang pihak Imigrasi gunakan, bukan perkara
orang dalam keimigrasian.
"Perlu kami
luruskan bahwa kendala pendaftaran SDUWHV murni disebabkan oleh gangguan teknis
infrastruktur. Kaitannya tadi ada salah satu anggota Komisi XIII yang
mengatakan adanya indikasi permainan orang dalam. Saya bukan ketua panitia,
ketua panitianya adalah Direktur Visa dan Dokumen Perjalanan (Eko Budianto) dan
saya sebagai Plt. Dirjen Imigrasi selaku penanggung jawab saya berani dan
bersedia menerima informasi sehingga tidak terjadinya fitnah," tuturnya. (ZIK/TIM)





0 Komentar