Jabar Berjaya di Tanah Legenda

Wapres Jusuf Kalla (kiri) bersama (kiri ke kanan) Ketua DPR Ade Komarudin, Menpora Imam Nahrawi, Gubernur Jabar Ahmad Heryawan dan Ketua KONI Tono Suratman menekan tombol ketika menutup PON XIX.

Setelah terakhir kali meraih juara umum PON pada PON II di Jakarta, akhirnya Jabar kembali menjadi juara umum PON.

Bandung, Trans – Jawa Barat – tuan rumah PON 2016, benar-benar berjaya di tanah legenda pada gelaran olahraga terakbar di Indonesia. Jabar berhasil menjadi juara umum Pekan Olahraga Nasional (PON) XIX. Keberhasilan Jabar semakin lengkap setelah merebut emas di cabang olahraga paling bergengsi, sepak bola.
Sehari sebelum upacara penutupan, tim sepak bola Jabar memastikan diri merebut emas setelah mengalahkan Sulawesi Selatan melalui adu penalti, dengan skor 5-4. Penantian panjang Jabar selama 55 tahun menjadi juara umum PON semakin lengkap dengan emas dari cabor sepak bola.
Selain merebut emas di cabor sepak bola, Jabar melengkapi keping emas di olahraga bergengsi lainnya seperti bola voli indoor. Yolla Yuliana menjadi bintang kemenangan Jabar setelah membekuk Jawa Timur dengan skor te­lak 3-0. Emas ini sekaligus menjadi kado perpisahan Yolla dan tiga rekan­nya, yakni Agustin Wulandhari, Komang Bumi Rekta, dan Amalia Fajarina.
Dominansi perolehan medali Jabar memang sudah terlihat sejak awal kompetisi digelar dan terus meninggalkan jauh pesaing-pesaingnya. Hingga pada Kamis menjelang penutupan PON XIX, Jabar tidak bisa lagi terkejar dengan total pe­rolehan medali emas sebanyak 217, pe­rak 154 dan perunggu 158. Jawa Timur berada pada posisi kedua dengan raihan medali sebanyak 132 emas, 138 pe­rak dan 134 perunggu. Sedangkan DKI Jakarta harus puas berada di posisi ketiga dengan 132 medali emas, 123 me­dali perak serta 118 medali perunggu.

Dinamika PON
Beberapa dinamika dalam pertandi­ngan PON XIX memang turut mewarnai perhelatan olahraga empat tahunan yang dilaksanakan sejak 17 hingga 29 September 2016 tersebut. Riak-riak seperti protes-protes pelatih kepada juri, insiden kericuhan antara atlet dengan petugas keamanan, bahkan insiden pelatih dengan wasit terjadi dalam perhelatan PON XIX di Jabar itu.
Menpora Imam Nahrawi merespon kejadian itu dengan meminta PB PON untuk memperketat sistem keamanan seiring munculnya kericuhan saat pertan­dingan polo air di Komplek Stadion Ja­lak Harupat, Bandung, Senin (19/9).
 “PON ini adalah cara kita untuk melihat perjuangan atlet-atlet muda nasional, sehingga mereka bisa masuk jenjang elit dan memperkuat Indonesia dalam kejuaraan internasio­nal. Saya mohon junjung sportivitas dan keadilan baik oleh juri, wasit, atlet, maupun para pendukung,” kata dia.
Aparat keamanan yang berjaga dan atlet yang bertanding juga disoroti Imam agar emosinya tidak mudah tersulut dan tetap mengutamakan sportifitas.
Sementara itu, dalam upacara penutupan PON XIX yang dilaksanakan di Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA), Ketua PB PON XIX Ahmad Heryawan mengatakan kendati terdapat insiden protes dan kericuhan kecil, namun panitia dapat menyelesaikan secara damai dan demokratis.
Indikasi kesuksesan PON XIX juga dinilai dari prestasi yaitu tercatat ada 33 rekor nasional, satu rekor SEA Games, 26 rekor Asia dan lima rekor dunia yang te­lah dipecahkan dalam perhelatan tersebut.
“Disamping itu, hal yang sangat membanggakan adalah lahirnya banyak sekali atlet remaja yang mampu menunjukkan prestasi gemilang me­nerobos dominasi atlet-atlet senior di ber­bagai cabang olahraga yang dipertan­dingkan,” ujar Aher yang juga menjabat sebagai Gubernur Jawa Barat.
Tidak hanya kesuksesan para atlet, PON XIX juga menyumbang perputaran rupiah yang cukup besar mengingat banyaknya pernak-pernik, wisata, serta penginapan yang dimanfaatkan oleh para kontingen.
Dan semangat api PON XIX tidak akan berakhir sampai di Jawa Barat. Provinsi Papua terpilih menjadi tuan rumah selanjutnya pada 2020. Dalam penutupan itu juga dilakukan serah terima bendera PON sebagai bukti penyerahan pe­ngurus PB PON dari Ahmad Heryawan kepada Gubernur Papua Lukas Enembe.
 “Rangkaian acara penutupan ini juga dikemas dengan semangat persa­tuan untuk menjahit kembali rasa kebersamaan, rasa kebangsaan dan keIndonesiaan kita, sekaligus sebagai penghantar estafet penyelenggara PON kepada Panitia Besar PON ke-20 tahun 2020 di tanah Papua yang kita cintai,” ujar Aher.
Wakil Presiden Jusuf Kalla yang juga hadir untuk menutup PON XIX mengatakan Papua dapat memanfaatkan pe­ngalaman dari PON di Jawa Barat untuk menyelenggarakan perhelatan olahraga empat tahunan itu secara lebih baik lagi.
JK juga mengapresiasi persiapan PON XIX sudah dilakukan dengan matang dan baik. Selain sportivitas, semangat olahraga juga dapat dituangkan ke dalam konsep persatuan dan kesatuan bangsa. “Kita semua mengharap­kan bahwa pekan olahraga ini menjadi lambang daripada persatuan dan pembinaan kekuatan kita semua,” kata Kalla dalam sambutannya pada Kamis malam.
Kalla juga mengapresiasi para juara yang telah memenangkan pertandingan dalam PON XIX. Secara khusus juga ia sampaikan ucapan selamat kepada Provinsi Jawa Barat sebagai daerah yang menjadi juara umum dalam kegiatan tersebut.
Jabar terakhir kali meraih juara umum PON pada PON II di Jakarta, 21-28 Oktober 1951. Setelah itu, konti­ngen Ibu Kota, DKI Jakarta, lebih ba­nyak meraih gelar juara umum. Sepanjang sejarah PON, DKI Jakarta tercatat sudah 11 kali tampil sebagai juara umum. Terakhir, mereka melakukan­nya pada PON 2012 lalu di Riau. | Ars/Q4

Posting Komentar

0 Komentar