PROYEK AMBISUS ANTARA KELAPA SAWIT DAN JALAN TOL DI SELATAN BANTEN

 

(Foto:dok)
Serang, KORANTRANSAKSI.com - Deretan pohon kelapa sawit saat perjalanan ke Cileles, Kabupaten Lebak, Sabtu (15/1/2022) seakan membentangkan ingatan saat proyek Perkebunan Inti Rakyat (PIR) NES dimulai di wilayah ini tahun 1980-an. Proyek ambisius yang dilakukan se-Indonesia di era Presiden Soeharto itu  menorehkan penderitan luar biasa dan membukukan kisah sedih penduduk yang tanahnya dipaksa menjadi bagian PIR tanpa ganti rugi serupiah pun.

Namun tahun 2022 ini saya harus mengakui proyek ambisius itu ternyata menjadikan Indonesia produsen minyak sawit atau CPO terbesar di dunia dengan produksi 43,5 juta ton per tahun dengan luas lahan 16,38 juta hektar.Tentu saja lahan sawit itu tidak hanya milik PT Perkebunan milik negara, tetapi peran swasta juga sangat besar.

(Foto:dok)
Saat ini pohon kelapa sawit, setidaknya yang saya lihat dalam perjalanan, terkesan tidak terawat. Gulma telah tumbuh hingga menutupi batang pohon yang boleh jadi akan menyulitkan mayang-mayang untuk mengembangkan bunga sebelum jadi buah sawit. Dalam perjalanan juga saya melintas pada ruas jalan yang tengah dibangun gerbang Jalan Tol Serang - Panimbang.

Ya, jalan tol itu membelah kebun sawit, persis seperti yang terjadi jalan tol di Sumatera, sebagian besar menggunakan lahan kelapa sawit. Kehadiran jalan tol Serang - Panimbang tidak bisa dibantah akan mendorong pertumbuhan di wilayah itu, meski target terbesar adalah memudah untuk menjangkau kawasan ekonomi khusus Tanjung Lesung, Kabupaten Pandeglang.

(Foto:dok)
Namun cerita jalan Tol Serang - Panimbang bukan lah kisah PIR sawit dan karet. Tak ada dongeng kepiluan warga yang kehilangan tanah karena digunakan proyek. Lima atau 10 tahun ke depan, baru bisa dibuktikan apakah jalan tol ini bermanfaat buat warga atau justru mendatangkan kesengsaraan baru dalam bentuk yang berbeda. (Iman NR/ Daeng Yus)




Posting Komentar

0 Komentar