Jurus Ridwan Kamil Atasi Banjir Bandung

Ridwan Kamil bahas cara atasi banjir Bandung.
Penanganan banjir di Kota Bandung menjadi sorotan utama Wali Kota Bandung Ridwan Kamil sebelum masa jabatannya berakhir pada tahun 2018.

BANDUNG, KORANTRANSAKSI.com -  Atas banjir yang terjadi di Ibu Kota Jawa Barat beberapa waktu lalu, Wali Kota Bandung Ridwan Kamil terus merencanakan berbagai solusi. Jurus Kang Emil – sapaan akrab Ridwan Kamil, diantaranya adalah akan membangun danau resapan yang tersebar di berbagai wilayah di Kota Bandung dan mengkampanyekan Zero Rain Off.

Ridwan Kamil mengatakan, Pemerintah Kota Bandung akan membangun danau-danau pada tahun 2017 mendatang. "Tahun 2017 akan ada lima danau resapan yang memang DED-nya (detail engineering design) baru beres di tahun ini," ujarnya, belum lama ini.

Kang Emil menjelaskan 5 danau ini berada di Jalan Bima, Sirnaraga, Babakan Jeruk dan Pasar Gedebage. " Yang kelima sedang pembebasan lahan untuk danau raksasa yang ada di masjid terapung," ujarnya.

Meski demikian, Kang Emil belum bisa menjelaskan secara teknis luas dan kedalaman danau-danau tersebut. Yang pasti menurut dia danau-danau tersebut dimaksudkan untuk menahan air banjir sebelum ke sungai. "Intinya kita mencegat air supaya tidak langsung mengalir ke ujung," katanya.

Danau resapan tersebut akan berfungsi sebagai parkir air yang akan menampung dan mencegah aliran air. Sehingga tidak langsung mengalir ke saluran akhir. Saat ini danau parkir air tersebut sudah diuji coba di Taman Lansia dan sudah berfungsi dengan baik. “Bisa dilihat pas hujan karena motretnya harus sedang hujan, agar terlihat bahwa itu berfungsi dengan baik," jelas Kang Emil.

Selain itu, program lain untuk mengentaskan banjir adalah Pemerintah Kota Bandung dan Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda (DPKLTS) dalam waktu dekat akan membuat sebuah gerakan yang diberi nama satu rumah satu sumur resapan.

"Kita akan bikin gerakan bersama DPKLTS yaitu gerakan satu rumah satu sumur resapan, agar melakukan yang namanya zero one off. Jadi rumah tidak menyumbang air ke gorong-gorong sehinga yang masuk gorong-gorong sebisa mungkin hanya air. Air yang masuk ke aspal atau ke trotoar, harusnya air habis disini (rumah)," tandasnya.

Tol Air
Ridwan Kamil juga menggagas penerapan teknologi tol air untuk mengatasi banjir di Bandung, khususnya di dua daerah yang kemarin mengalami banjir yaitu di Jalan Dr Djunjunan (Pasteur) dan Jalan Pagarsih. Menurutnya, teknologi tol air sudah diterapkan di kawasan Gedebage yang sebelumnya merupakan daerah langganan banjir. Hasilnya, Gedebage kini tidak lagi banjir.

Karena hasilnya positif, tol air akan segera dibangun di kawasan Pasteur dan Pagarsih. Sehingga banjir seperti yang kemarin terjadi diharapkan tidak terulang lagi. "Insya Allah secepatnya saya perintahkan DBMP (Dinas Bina Marga dan Pengairan) untuk menerapkannya di Pagarsih dan di Pasteur," ujar Kang Emil.

Anggaran untuk tol air itu sudah ada di APBD Perubahan. Sehingga dalam waktu dekat diharapkan bisa segera direalisasikan. Tol air sendiri terdiri dari pompa khusus dan pipa. Adapun untuk pompa butuh dana sekira Rp500 juta dan pipa Rp500 juta. Total akan dibutuhkan dana sekira Rp1 miliar untuk proyek tersebut.

Tol air itu merupakan saluran di mana di dalamnya menggunakan mesin pompa khusus untuk mendorong air agar mencapai ke saluran paling ujung. Air dalam tol itu akan berfungsi mengalirkan arus dari daerah atas ke ujung saluran. Salurannya pun berbeda dengan gorong-gorong biasa. Tol air akan mengalir tanpa hambatan, sehingga diperkirakan bisa mengatasi genangan. "Tol air itu bikin pipa dimana si air ini enggak pernah bercampur dalam perjalanannya. Jadi dari titik A dia ketemunya di titik B," paparnya.

"Kalau gorong-gorong kan titik A ketemu di tengah-tengah dengan sampah dan dengan apapun. Kalau tol ini langsung ke ujungnya didorong. Ini mungkin bisa mengurangi agar air tidak masuk jalur dan bertemu dengan gangguan-gangguan. Itu yang diterapkan di Gedebage," jelas Kang Emil.

Selain memasang tol air, perbaikan saluran air juga dilakukan di 19 lokasi di Kota Bandung. Selama beberapa bulan terakhir, pekerja terus mengebut proyek perbaikan saluran air, salah satunya adalah dengan melakukan pelebaran terhadap salurannya agar daya tampung air bisa lebih banyak. "Ini terjadi di 19 ruas jalan. Itu kenapa di mana-mana terlihat jalan di Bandung lagi diperbaiki," tandasnya.

Kang Emil menambahkan, bahwa segala bentuk cara untuk mengatasi banjir sudah dilakukan sesuai dengan kemampuan Pemerintah Kota Bandung. Hanya saja ada yang sudah bisa dipanen hasilnya, ada pula yang masih berproses.

"Semua rencana itu diproses tapi ada yang sifatnya jangka pendek. Maka tidak betul tol air itu gagal karena memang dari awalnya rencana jangka pendek itu harus dikombinasikan dengan rencana jangka panjang," kata dia.

Salah satu proses yang tengah dijalankan adalah proses pembebasan lahan untuk danau-danau resapan sebagai solusi jangka panjang. "Pembebasan lahan itu kan lama dan warga tidak paham itu. Maka kami hanya bisa mengimbau agar warga bersabar. Percayalah kami tetap bekerja," tegasnya.

Disamping itu, Kang Emil juga tak menyangkal banjir berpotensi kembali terjadi di Kota Bandung karena tingginya intensitas hujan dalam beberapa hari ke depan tak sepadan dengan solusi pencegahan banjir yang sudah dilakukan. "Ya memang banjir masih ada, saya baru tiga tahun, saya bekerja. Pagarsih dikasih solusi belum memadai, Pasteur diperbanyak gorong-gorong tapi masih belum memadai," ucapnya.

Namun, kondisi itu, lanjut dia, bukan semata karena tak optimalnya strategi Pemkot Bandung dalam mengentaskan masalah banjir. Menurut dia, persoalan banjir di Bandung merupakan kumulasi masalah lintas wilayah. "Mengontrol banjir dari Lembang (Kawasan Bandung Utara) enggak bisa. Jadi urusan banjir tidak hanya urusan Kota Bandung karena sumber air dari sungainya bukan datang dari wilayah saya. Sehebat-hebatnya gorong-gorong di Bandung kalau di atasnya tidak bisa dikontrol, si wadah tetap luber," tuturnya.

Selain itu, adanya anomali cuaca yang menyebabkan tingginya intensitas hujan membuat Kota Bandung sulit menampung luapan air dari wilayah hulu. Dia berkesimpulan, banyak faktor yang bisa menyebabkan sebuah kota dilanda banjir, salah satunya faktor alam.

"Ada faktor alam sekian persen tidak bisa dijamin bahwa itu selesai, kata kita kota sudah keren sudah canggih. Tidak ada yang mengatakan tidak ada potensi banjir. Tidak mungkin menantang Tuhan," pungkasnya. (Ars)

Posting Komentar

0 Komentar